Transgender Sulawesi Selatan termasuk di Kota Makassar menjadi topik pembahasan dalam workshop yang di gelar oleh Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) di Hotel Ramedo, Sabtu (27/2/2016).
Workshop yang bertemakan ” Membangun Opini Publik yang Positif melalui media terhadap adanya eklusif bagi komunitas waria” ini di ikuti oleh para jurnalis dan perwakilan dari waria serta bissu.
Direktur PKBI sulsel Andi Iskandar Haris dalam sambutannya mengatakan bahwa saat ini stigma waria di tengah masih sangat buruk, pasalnya saat ini masih ada waria juga dimasukkan dalam kategori LGBT sehingga posisi waria semakin tersudut.
“Padahal waria ada perbedaan secara prinsipil dengan LGBT sangat berbeda. Baik itu dari masalah status sosial hingga orientasi seksual,” terangnya
“LGBT itu lebih kepada gaya hidup dan mereka ada orientasi seksual yang menyimpang, sedang waria sebenarnya lebih karena adanya hormon dalam tubuh mereka saat terlahir,” sambungnya.
Andi Iskandar menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dari keberadaan para waria tersebut. Dimana saat ini waria tidak memiliki identitas yang jelas terutama Kartu Tanda Penduduk (KTP) karena terkendala pada jenis kelamin.
Selain itu juga mereka terdiskriminasi dari segi pelayanan sosial dan kesehatan. Menurut Iskandar LGBT sangat berbahaya karena tidak tampak dalam kehidupan masyarakat karena mereka bisa terlihat seperti manusia normal. Sedang waria secara tampak dan jelas di masyarakat, baik perilaku sikap dan gen.
“Ada beberapa waria terjadi karena ada faktor gen yang ada dalam tubuh mereka sehingga ada keinginan menjadi perempuan,” jelasnya.
Karena itu, Iskandar menilai bahwa perlu pemahaman berbeda antara LGBT dengan waria. Dalam hal ini peran media sangat penting dalam membangun opini publik.