Dari kiri ke kanan News Manager Tribun Timur Jumadi Mappanganro, Community Organizer PKBI Moh Firmansyah Dahsyat Malela, Nike Faradilla dari Yogyakarta, Puput Ashiqui dari Bandung, dan Manager Produksi Tribun Timur AS Kambie berfoto mengacungkan jari kelingking lambang salam inklusi di redaksi Tribun Timur, Jl Cenderawasih No 430, Makassar, Selasa (28/5/2019).

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR– Nike Faradilla dari Yogyakarta dan Puput Ashiqui dari Bandung merupakan dua transpuan yang berkunjung ke redaksi Tribun Timur, Jl Cendrawasih No 430, Makassar, Selasa (28/5/2019) sore.

Kedatangan keduanya merupakan rangkaian dari program #MagangPeduli2019 yang digagas oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).

Kegiatan ini telah berlangsung sejak 14 hingga 31 Mei 2019.

Tidak hanya mengunjungi redaksi media saja, keduanya juga mendengarkan succes story dari beberapa pengusaha di Kota Makassar.

Dengan tujuan memberikan wawasan kepada para transpuan untuk mengembangkan potensi dan terbuka kepada lingkungan sosial.

Mereka didampingi langsung oleh Community Organizer PKBI Moh Firmansyah Dahsyat Malela dan Steven Kamari.

Nike Faradilla dan Puput Ashiqui diberi pengetahuan tentang jurnalistik dan perjalanan dibentuknya Forum Jurnalis Inklusi (FJI).

Untuk diketahui FJI adalah forum yang dibentuk oleh beberapa jurnalis Makassar dengan tujuan menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap kelompok minoritas di Sulawesi Selatan.  Salah satunya terhadap komunitas transpuan.

News Manager Tribun Timur Jumadi Mappanganro sekaligus Ketua FJI Sulsel menerima kunjungan kedua transpuan asal Pulau Jawa tersebut.

Manager Produksi Tribun Timur AS Kambie dan Editor Desk Politik Tribun Timur Aqsa Pananrang ikut menerima.

Nike dan Puput pun berkesempatan berdiskusi tentang bagaimana penerimaan transpuan khususnya di kalangan jurnalis di Kota Makassar.

“Sejak dulu di Sulawesi Selatan kaum transpuan dapat diterima oleh masyarakat. Terutama yang dianggap sebagai bissu. Tapi tak bisa dipungkiri, tak sedikit yang masih menolak keberadaan transpuan,” jelas Jumadi.

Jumadi menegaskan bahwa salah satu etika jurnalis adalah antidiskriminasi dan tak memberi stigma terhadpa kelompok atau komunitas mana saja.

Termasuk terhadap komunitas transpuan yang selama ini masih kerap menjadi korban stigma dan diskriminasi di masyarakat.

Nah FJI ini, jelas Jumadi, tugasnya membantu menyebarluaskan sikap inklusif di kalangan jurnalis.

Sikap inklusif itu cirinya antara lain memandang positif perbedaan yang ada. Bisa juga dipahami sebagai sikap sadar bahwa perbedaan adalah fitrah atau alamiah.

“Sehingga mereka yang berpikir dan bertindak inklusif adalah mereka yang tidak menolak perbedaan melainkan mengakui adanya potensi persamaan-persamaan yang bersifat universal, termasuk terhadap komunitas minoritas seperti kelompok transpuan,” jelas Jumadi yang juga alumni Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin ini.

Ia menambahkan, salah satu kegiatan yang kerap dilakukan FJI adalah memberi pemahaman tentang komunitas transpuan di kalangan jurnalis.

“Kegiatannya lainnya adalah melatih para transpuan keterampilan menulis, memotret, membuat video hingga menuangkan karya mereka melalui blog,” jelasnya.

Mendengar hal tersebut Nike Faradilla dan Puput Ashiqui begitu antusias dan gembira serta menceritakan pengetahuan serta pengalaman karier mereka.

“Kami sadar bahwa kami begitu sulit diterima, namun kami terus berusaha untuk tetap membuktikan bahwa kami bisa juga berkarya dan berkarier seperti manusia lainnya,” jelasnya.

Puput mengatakan gambaran tentang transpuan saat ini selalu dipandang sebelah mata oleh sebagian pihak.

“Kami juga ingin diterima dan disamaratakan dengan yang lainnya. Saat ini banyak transpuan yang berprestasi dan menunjukkan eksistensinya diberbagai bidang yang disenangi,” sambung Nike.

Bagi Puput media sangat berperan penting untuk mengangkat isu-isu positif tentang transpuan.

“Dulunya berbagai masalah dari transpuan yang didiangkat negatifnya saja. Olehnya, itu media sangat berperan aktif menginformasikan kepada masyarakat bahwa kami hadir bukan untuk mengganggu melainkan tetap berkontribusi seperti manusia pada umumnya,” tuturnya.

“Bagi transpuan di Indonesia yang tidak ingin berkarya, jangan membuat masalah,” pesan Nike.

Setelah berbincang dengan Jumadi dan beberapa wartawan lainnya, Puput mengatakan sudah memiliki banyak rencana yang akan dikembangkannya didaerahnya.

“Terimakasih banyak, setelah ini saya memiliki banyak rencana yang akan dibuat bersama teman-teman Transpuan lainnya,” jelas Puput.

Setelah melewati program ini keduanya akan kembali di daerah-daerah masing-masing dan memberikan pengalamannya selama di Makassar.

Untuk diketahui Nike merupakan seorang transpuan yang aktif berprofesi sebagai pekarya dan masuk dalam grup vokal Amuba.

Sedangkan Puput Ashiqui merupakan seorang transpuan yang saat ini mengembangkan usahanya di bidang coffee shop. (*)

Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Perluas Wawasan Jurnalistik, Transpuan dari Jogjakarta dan Bandung Sambangi Redaksi Tribun Timur, http://makassar.tribunnews.com/2019/05/28/perluas-wawasan-jurnalistik-transpuan-dari-jogjakarta-dan-bandung-sambangi-redaksi-tribun-timur?page=3.
Penulis: Desi Triana Aswan
Editor: Ina Maharani

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *